10 Sep 2013
Senyum Yang Dipaksa Terbukti Mengurangi Stres
10 Sep 2013 - Dikilasinfokan Oleh : Unknown
Masalah:
Perasaan bahagia membuat kita tersenyum, tetapi apakah tersenyum juga mampu membuat kita bahagia? Bahkan jika itu senyum palsu atau terpaksa?
Metodologi:
Dalam sebuah penelitian tentang senyuman, yang bertujuan mengetahui apakah tersenyum (asli atau terpaksa) dapat membuat seseorang bahagia atau dapat mengurangi perasaan stres, peneliti membagi peserta ke dalam 4 kelompok. Kelompok A diperintahkan menggunakan sumpit di mulut untuk memanipulasi otot-otot wajah agar terlihat tersenyum (dipaksa tersenyum). Kelompok B diperintahkan untuk tersenyum, kelompok C dikondisikan sedemikian rupa agar tersenyum dengan senyuman asli dan kelompok D menampakkan ekspresi netral dan sama sekali tidak tersenyum. Kemudian, mereka menjalani serangkaian rangsangan stres dan kegiatan multitasking, sambil tetap mempertahankan keadaan mereka masing-masing. Denyut jantung dan tingkat stres yang mereka alami dipantau secara keseluruhan.
Hasil:
Para peserta yang diperintahkan untuk tersenyum lebih cepat pulih dari stres daripada peserta yang hanya menampakkan ekspresi netral, mereka dengan senyuman asli adalah kelompok yang paling santai dari semua peserta dengan pengaruh senyuman paling positif dalam menurunkan stres. Mereka yang dipaksa tersenyum dengan sumpit di mulut melaporkan perasaan lebih positif daripada mereka yang tidak tersenyum sama sekali.
Saran:
Ketika Anda merasa stres atau bingung, cobalah tersenyum meskipun terpaksa, karena senyuman bahkan yang paling dipaksa sekalipun, benar-benar dapat mengurangi perasaan stres dan membuat Anda lebih bahagia.
Sumber:
"Grin and Bear It: The Influence of Manipulated Positive Facial Expression on the Stress Response" (Dipublikasikan dalam Journal Psychological Science).
Diposkan di: Tips