Contact Us | Privacy Policy | Terms Of Service

7 Des 2011

Cinta Kopi Untuk Hujan



Ada yang berbeda dalam kisah kopi kali ini. Secangkir kopi hangat yang baru saja tersaji manis untuk menemani hujan yang merintik deras. Tapi, tiba-tiba rintik sang hujan berubah pelan, seakan mengisyaratkan bahwa ia ingin kembali ke langit menjadi awan dengan isyarat pelangi di ujung cakrawala. Sang kopi pun mendingin sedih. Dalam manis hitamnya, ia merangkai kisah:

"Sebelum engkau bergegas mengikuti gerak kata hatimu yang telah terlanjur ingin melangkah berlalu, aku mohon tinggallah sejenak, meski untuk sekumpulan dongeng usang yang pernah kita dengar bersama ketika kita masih kanak-kanak, dongeng tentang senja pada satu negeri di suatu entah. 

Tapi jika pun engkau ingin berlalu, engkau tak perlu berjanji akan segera pulang, seperti aku yang tak ingin melambai pada punggungmu yang menjauh. Bukankah tak ada yang benar-benar pergi? Kita hanya memindah-mindah titik, tapi tidak benar-benar memilih nasib. 

Sunyi inilah yang pernah begitu ingin aku maknai, sebagaimana selalu ingin kumaknai setiap keberangkatan dan kepulangan, mencari apa yang berarti dari sekian banyak perjalanan. 

Kita hanyalah musafir yang meneladani arah peta yang tak sepenuhnya kita fahami. Sesungguhnya kita pernah saling mencintai di suatu musim, di suatu waktu, pada sebuah hikayat yang mungkin telah dilanda amnesia."


Diposkan di:
© 2015 Kumpulan Tulisan. All rights reserved.