Contact Us | Privacy Policy | Terms Of Service

25 Jun 2012

Penalti Gaya Panenka dan Teori Game



penalti gaya panenka
Pirlo mengambil giliran menendang penalti, Italia dalam keadaan tertinggal karena eksekusi penalti Montolivo gagal. Pirlo dengan tenang melakukan tendangan chip pelan ke tengah gawang, Joe Hart menjatuhkan diri ke arah kanan, gooolll!!! Tendangan penalti yang disebutnya sebagai gaya Panenka. Setelah gol Pirlo itu, dua eksekutor Inggris gagal melaksanakan tugasnya dengan baik. Italia lalu menang dengan skor akhir 4-2. 

Simon Cuper dan Stefan Szymanski menulis tentang adegan adu penalti dalam bukunya Soccernomic. Buku yang menarik, mengupas sepak bola dari sudut pandang ilmu ekonomi dan statistik. Adegan adu penalti dalam sepak bola, kata mereka, adalah contoh bagaimana Teori Game digunakan. 

Teori Game dikembangkan oleh ahli matematika John van Neumann pada 1940-an. Teori ini sederhana, setiap langkah manusia akan dipengaruhi dan mempengaruhi reaksi lawan. Meski sederhana, penerapan teori ini sangat luas. Ia bisa menjelaskan reaksi timbal balik Amerika dan Uni Soviet di era perang dingin. "Bila Uni Soviet menambah bom nuklir, kita melakukan hal yang sama, lalu Soviet tak berani menggunakannya. Tapi, bila mereka mengebom, kita membalas, dan seterusnya." 

Syarat pemakaian teori ini adalah masing-masing pihak berusaha sebanyak mungkin tahu perilaku dan kekuatan lawan. “Kenalilah lawanmu, kau akan menang,” kata ahli perang Sun Tzu. 

Mungkin Itu pula yang terjadi saat Pirlo bersiap menendang dari titik penalti. "Joe Hart melakukan gerakan-gerakan aneh. Jadi, saat dia menjatuhkan diri saya memutuskan untuk melakukan Panenka, dan ternyata berjalan dengan baik, penalti saya itu membuat para penendang Inggris terbebani. Ashley Young bahkan langsung gagal setelah tendangan saya." 

Sepak bola bukan cuma soal keterampilan individu dan kerja sama tim. Butuh analisis tajam dan data lengkap untuk menebak permainan lawan. Sekarang Piala Eropa telah memasuki babak semifinal dengan kemungkinan adu penalti terjadi lagi. Pasti semua tim sudah saling intip data lawan. Tapi statistik tetaplah statistik. Dia hanya mampu meramal peluang. Itu pun tidak 100 persen. Hanya sepak bola gajah yang bisa diatur siapa pemenangnya. Jika data sudah lengkap tapi tetap kalah juga, benarlah ungkapan ”bola itu bundar”.


Diposkan di:
© 2015 Kumpulan Tulisan. All rights reserved.