Contact Us | Privacy Policy | Terms Of Service

12 Sep 2013

Hubungan Antara Percaya Kepada Tuhan dan Pengobatan Penyakit Mental



percaya kepada Allah
Masalah:
Dapatkah kepercayaan kepada Tuhan memprediksi bagaimana seseorang merespon terhadap pengobatan penyakit mental?

Metode:
Para peneliti di McLean Hospital di Belmont, Massachusetts, melakukan penelitian terhadap 159 pria dan wanita yang sedang menjalani program terapi perilaku kognitif, terapi kelompok dan konseling individu. Beberapa dari peserta terlibat kasus obat-obatan dan sekitar 60 persen sedang dirawat karena depresi, sementara yang lain memiliki gangguan bipolar dan kecemasan. Para peneliti meminta setiap peserta untuk menjawab satu pertanyaan: "Sejauh mana Anda percaya kepada Tuhan?"

Hasil:
Sekitar 80 persen dari peserta melaporkan bahwa mereka percaya kepada Tuhan. Mereka yang percaya bahwa keyakinan spiritual sebagai sesuatu yang paling penting tampak kurang tertekan setelah menjalani perawatan dibanding mereka yang kurang percaya atau tidak memiliki keyakinan. Mereka yang percaya kepada Tuhan juga tampak kurang mungkin untuk terlibat dalam perilaku yang merugikan diri sendiri.

"Pasien yang memiliki kadar kepercayaan yang kuat kepada Tuhan menunjukkan efek lebih dalah pengobatan," kata penulis utama studi tersebut, David H. Rosmarin, seorang psikolog di McLean Hospital dan direktur pada Center for Anxiety di New York.

"Salah satu alasan yang sangat mungkin adalah pasien yang percaya kepada Tuhan lebih cenderung percaya bahwa pengobatan akan membantu penyembuhan mereka," kata David H. Rosmarin.

Dari 56 orang yang memiliki keyakinan kuat kepada Tuhan, hanya 9 yang harapannya rendah terhadap pengobatan, sedangkan sisanya memiliki harapan yang sangat tinggi pada pengobatan. Sebaliknya, dari 30 pasien yang mengatakan mereka tidak memiliki kepercayaan kepada Tuhan, hanya 2 orang yang memiliki harapan tinggi pada pengobatan.

Kesimpulan:
"Ini adalah salah satu penelitian pertama yang saya pernah baca bahwa benar-benar terlihat korelasi antara kekuatan komitmen keagamaan, kekuatan komitmen spiritual dan hasil pengobatan yang lebih baik," kata Dr Marilyn Baetz, psikiater di University of Saskatchewan yang mempelajari efek dari agama dan spiritualitas pada kesehatan mental. Sebuah studi sebelumnya selama setahun oleh Dr Baetz dan rekan-rekannya juga menemukan bahwa mereka yang menilai agama sebagai "sangat penting" bagi mereka, merespon lebih baik ketika menjalani terapi perilaku kognitif, menunjukkan kurang stres dan cemas daripada mereka yang menilai agama sebagai sesuatu yang kurang penting.

"Ada suatu pola berpikir yang sangat membantu untuk menjadi lebih baik dalam pengobatan, yaitu pola berpikir bahwa saya percaya kepada Tuhan dan saya percaya bahwa pengobatan membantu kesembuhan saya," tutur Torrey Creed dari University of Pennsylvania.

"Terkadang obat tidak bekerja dan kadang-kadang psikoterapi tidak bekerja, tapi jika seseorang percaya pada sesuatu yang metafisik, pada sesuatu yang spiritual, percaya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, maka itu bisa menjadi sumber daya penting bagi mereka terutama pada saat tertekan secara emosional," ungkap David H. Rosmarin.

Sumber:
"A test of faith in God and treatment: The relationship of belief in God to psychiatric treatment outcomes" (diterbitkan dalam The Journal of Affective Disorders).


Diposkan di:
© 2015 Kumpulan Tulisan. All rights reserved.