Contact Us | Privacy Policy | Terms Of Service

11 Agu 2013

Mengapa Harus Mudik Setiap Lebaran



mudik
Saya bertanya, mengapa setiap kali lebaran orang-orang selalu mudik, sahabat saya bilang, "Untuk mengasah kapak."

Pada suatu hari seorang anak muda melamar pekerjaan ke pabrik pengolahan kayu. Ia sangat senang karena lamarannya diterima. Pimpinan perusahaan memberinya kapak dan menunjukkan pohon mana saja yang boleh ia ditebang. Pada hari pertama ia bisa menebang 12 pohon. "Selamat, pertahankan prestasimu," kata sang pimpinan.

Tersemangati oleh kata-kata pimpinannya tadi, anak muda itu semakin bekerja dengan keras. Namun pada hari berikutnya ia hanya bisa menebang 11 pohon. Hari ke tiga, meski ia bekerja semakin keras, ia hanya bisa menebang 9 pohon. Hari ke empat, ia bekerja lebih keras lagi, namun ia hanya bisa menebang 6 pohon.

"Saya sepertinya kehilangan kekuatan," pikir anak muda itu. Ia pun menemui pimpinannya dan meminta maaf atas kinerjanya yang buruk. Ia tidak tahu apa yang terjadi.

"Kapan terakhir kali kamu mengasah kapakmu?" tanya sang pimpinan.
"Mengasah kapak? Saya tak punya waktu untuk mengasah kapak. Saya sibuk menebang pohon."
"Kapak yang saya berikan padamu itu tajam karena masih baru. Kapakmu harus selalu diasah agar selalu tajam jika kamu gunakan bekerja.”

Seperti itulah kehidupan. Terkadang Setiap hari kita begitu sibuk bekerja sehingga tak punya waktu untuk mengasah "kapak" kita. Padahal setiap kita di waktu-waktu tertentu butuh sejenak menghentikan pekerjaaan untuk mengasah "kapak" diri kita, untuk menghirup udara cinta dengan saling memaafkan dan merasakan indahnya berbagi dengan zakat fitrah, untuk berefleksi dan berkontemplasi, untuk belajar dan berkembang lagi.

Mudik bisa menjadi momen yang sangat tepat untuk mengasah "kapak" diri kita, untuk menikmati "berhenti" sejenak dari segala rutinitas kesibukan, untuk menyerap energi dan semangat lewat kebersamaan dengan sanak keluarga di kampung, serta menyegarkan rasa di jiwa lewat saling memaafkan, jabat tangan, peluk mesra dan canda tawa bersama saudara-saudara kita.

Saya bertanya lagi ke sahabat saya itu, mengapa ia tidak mudik lebaran tahun ini, sahabat saya menjawab, "Kapak saya masih tajam."

Selamat mudik, selamat berlebaran, mohon maaf lahir batin.


Diposkan di:
© 2015 Kumpulan Tulisan. All rights reserved.