Contact Us | Privacy Policy | Terms Of Service

25 Sep 2013

Pertimbangan Di Balik Mau Untung Tidak Mau Rugi



pertimbangan di balik untung rugi
Anda punya 2 pilihan, Anda menerima Rp. 1.000.000 sekarang atau melempar koin dengan peluang 50/50 untuk memenangkan Rp. 2.000.000. Mana yang akan Anda pilih? Mayoritas orang akan memilih mendapatkan Rp. 1.000.000 yang sudah pasti daripada peluang dan kemungkinan mendapatkan yang lebih besar tetapi belum pasti. Dan sebaliknya, jika diberi pilihan antara pasti kehilangan Rp. 1.000.000,- atau melempar koin dengan peluang 50/50 kehilangan Rp. 2.000.000, kebanyakan orang akan benar-benar memilih melempar koin meskipun potensi kerugiannya lebih besar. Fenomena ini dikenal dengan "loss aversion".

Loss aversion awalnya diajukan oleh Daniel Kahneman dan Amos Tversky dalam makalah mereka tentang Teori Prospek, loss aversion adalah kecenderungan orang untuk menghindari kerugian daripada menjajaki potensi keuntungan dan cenderung menjadi tidak rasional-toleran ketika melindungi hak milik mereka.

Tidak mau rugi berdampak pada apa yang dikenal sebagai "endowment effect", sebuah kecenderungan untuk memberi nilai tambah kepemilikan dengan menempatkan harga yang lebih tinggi pada suatu barang milik sendiri dibandingkan dengan barang yang sama tapi bukan milik sendiri. Inilah sebabnya mengapa orang tidak pernah bisa menyingkirkan nilai "sentimentil-melankoli" pada setiap barang yang mereka miliki.

Sebuah studi menggambarkan bagaimana efek ini bekerja:

2 kelompok peserta diminta untuk datang ke laboratorium. Mereka diminta untuk duduk di 2 kamar terpisah. Peserta dalam kelompok I diberi cangkir dan dikatakan kepada mereka bahwa cangkir itu milik mereka, sementara peserta dalam kelompok II hanya ditunjukkan cangkir. Masing-masing kelompok peserta diberi lembar keputusan dan diminta untuk menetapkan harga jual atau beli untuk sebuah cangkir. Peserta yang telah memiliki cangkir meminta harga Rp. 50.000 untuk menjual cangkir mereka. Sedangkan kelompok II yang belum memiliki cangkir, hanya mau membeli cangkir jika seharga Rp. 25.000.

Efek endowmen adalah perbedaan antara kesediaan untuk menjual dan kemauan untuk membeli. Dalam studi tersebut, penjual rata-rata meminta harga Rp. 57.800 dan pembeli rata-rata hanya bersedia membayar Rp. 22.100.

Pada dasarnya, setiap orang akan menimbang potensi untung-rugi ketika menyangkut status kepemilikan terhadap suatu barang. Namun karena loss aversion, maka pertimbangan potensi kerugian menjadi 2 kali lebih dominan. Dan karena endowment effect, setiap orang menghargai 2 kali lipat barang miliknya saat ini untuk potensi keuntungan yang lebih besar di masa depan.


Diposkan di:
© 2015 Kumpulan Tulisan. All rights reserved.